Jumat, 11 Maret 2011

cerpen absurd tentang mimpi gentayang di Metro Riau

DAN ZADRA*

Dan Zadra akan menerbangkan mimpiku hingga ribuan mil dengan farmasi sempurna

Oleh : Muhammad asqalani eNeSTe

“ (semua harapan dan cita-cita adalah absah, semua mencoba membawamu terbang, melampaui awan, mengatasi badai. Itu kalau kamu membebaskannya) ah, anakku ! betapa bijak kata-katamu itu hingga dalam kondisi selemah ini ibu masih berani bermimpi. Membawamu terbang hingga ke relung-relung taman nirwana, memetik bunga kenanga berwarna jingga, meniti warna pelangi yang ke delapan, kamu tahu warna apa Danku? Itulah putih. Putih yang ibu coba sarangkan di hati” aku tersenyum. Senyuman paling menawan.
“ Kalau saja ayahmu adalah kuda semberani yang bijaksana dan gagah, kalau saja ayahmu adalah matahari yang mampu menekuk bulan, kalau saja…, hhh! Tapi ayahmu adalah bajingan. Pengecut piaraan. Lelaki mati fungsi.” Kembali aku tersenyum.sinis.
“ Labbaika! Ini aku Layton. Suamimu. Ayah Dan! “ Layton merengkuh tubuhku. Keningku dia kecup beberapa kali.
“ Labbaika, bangunlah! Lihat Dan Zadra, pangeran kecil kita yang tampan. Setampan ayahnya. Sewangi ibunya,” bibir Layton menyentuh lembut telinga kiriku. Sebuah gaung terbantun-bantun. Penuh getar.
“ Layton, lepaskan aku! Lepaskan!. “
“ Tidak Labbaika. Tak akan aku melepasmu, ” Layton kian mempererat rengkuhannya.
1-2 dan beberapa air sejuk terjun membasahi rambut ubun-ubunku. Tanpa mendongak ke atas pun aku yakin Layton menangis deras. Tangisan seorang ibu dalam tubuh seorang ayah. Dan aku harus menangis lebih deras. Lebih keras.
“Aaaa….”

***

“ Labbaika, kamu harus menjadi mutiara, yang terus terpajang di kaki-kaki kehidupan. Kamu harus mengumpulkan super power untuk menghancurkan mendung yang bergelayut di hatimu. juga kabut di iris matamu. Demi Layton. Demi Dan. Kamu pasti bisa Labbaika! “
Kata-kata Layton seperti sihir yang mampu menyadarkan aku, bahwa beberapa jam yang lalu aku sudah disini. Di depan cermin.
“ Layton lelaki tengik! Belum puaskah kau mengacak kecantikanku? Belum puskah kau melantakkan bingkai bibirku? Belum puaskah kau mematahkan kekuatan jemariku? Atau kau ingin lagi merebut satu dari tujh alis kebanggaanku? KatakanLaytoooon!”
Aku meracau balau, lalu hening. Kemudian….
“ Dan, tunggu ibu nak, ibu tinggal mengenakan gaun putih sewarna ilalang. Beberapa detik menjahit sayap Ikarusku yang masih rumpang. Dan kita akan kembali ke relung-relung taman nirwana. Menetap disana. Hanya kita berdua. Tanpa ayahmu sang luar binasa, Layton! Hahaha….! “
“ audzubillahi minassyaithonirrojiim…, Labbaika! “ suara Layton bergetar dan membahana.
Cermin yang kupegang jatuh. Pecah. Tubuhku dingin bersamaan lamat - lamat angin yang keluar dari tubuhku. Aku lemah. Layton terburu nafas mendekapku.

***

“ Dan, kita akan terbang nak! Sesudah ibu memetik melati tidur tujuh hari. Untuk kita tabur sebagai pewangi. Bersama angin aroma kita akan bercerita pada ayahmu, bahwa kita hampir mendekati taman nirwana “ Aku seolah membelai Dan. Semu.
Aku merasakan panas mendadak. Aku terbelalak dan bangkit serentak.
“ Layton, dimana Dan? Dimana Dan? Kenapa tiba-tiba aku di kamar kematian ini. Aku masih ingin bermain ria bersama Dan di relung-relung taman nirwana “ aku tercubit oleh kenyataan.
“ Astagfirullahal adziim…, Labbaika! Sesuatu yang telah pergi tak mungkin kembali. Berhentilah menangisi! ikhlashkanlah takdir ini ! “
Detik kemudian hanya diam. Turunnya malam kali ini terasa mencekam. Angin kian bersileweran berantakan. Lampu rumah sakit mendadak padam.

***

Layton menggenggam tanah kuning. Air mata beningnya beradu deras dengan hujan yang runtuh. Kepedihannya sedikit terbasuh. Surat yasinnya jatuh bergumang tanah, ia membiarkannya. Pikirannya tertumpuk pada awal mengenalku. Menikahiku. Hingga 5 tahun kemudian rahimku tak juga mengandung sang jabang. Hingga obsesiku tuk mendambakan pengeran kecil bernama Dan mengantarkan otakku diatas normal. Layton tetap setia meluahkan kasihnya hinnga aku benar-benar tiada
Seorang laki-laki setia mengiring doa dari dalam jiwanya. Bergegas mengemas cacatan luka. meninggalkan senja yang telah tiada. Matanya menatap cahaya di kejauhan.

***

Agustus-November 2010
Paringgonan-Pekanbaru
Dari sebuah efek Baca

*Cerpen ini saya dedikasikan bagi
orang-orang yang tak takut bermimpi

Kamis, 10 Maret 2011

Sepasang Puisi AlarM ; Kematian ( anaianai pernah diterbitkan Batam Pos satu waktu )

semusim

suara ababil memanggil
lambung batu dada kerikil

dingin….
tak hafal jadwal izrail


Anaianai
: Pembangkang sejati

bungkusan putih jatuh ke tubuhku
suara tandu
seru menyeru
aku,
ke dalam itu

anaianai mengawiniku, aku mengandung bangkai
keliang….
belatung belulangku

Sang Cerpen yang telat Muncul

sebuah cerpen

Yoanfa18
Untuk keluargaku yang memutuskan menulis sebagai warna jalan hidup
Oleh: Muhammad Asqlani eNeSTE


Ha, yoanfa? Siapa dia? Apakah dia mempunyai 18 raga?. Tidak kawan,Yoanfa18 adalah alamat email kak Yohana;kakak,sahabat bahkan guruku,dia baik lho,yakin?liat aja ne dibawah tertera storynya.
Yoanfa18 aku dapatkan dari penulis amatir si ucok: Abdul Hamid Nasution,then nama itu melesat ke HaPeku,maka mengenalkanku pada keramahan yang mendayu.Yoanfa 18, jangan remehkan dia,meski harganya tak semahal dunia tapi bagiku harganya melebihi permata.ah masa bisa segitchuna? ya bisa kenapa tidak,bukankah dunia sekarang dunia serba bisa? Alasannya? Karena dialah satu-satunya manusia di dunia yang menerbitkan cerpen perdanaku di media massa. “ Yoanfa18 “ cerpen aneh namun mampu membuat ngeh buktinya anda sang “ selebriti ” buku sedang membacanya bukan?
Kak Yoanfa18,maafkan aku ya! Jika aku menjadi adik dan sahabat menjengkelkan. Kini aku bukan siapa-siapa,orang-orang tak ada yang peduli aku sedang dimana,dunia juga menertawakan aku,laiknya teman-teman menertawakan aku demi meyaksikan sang manusia aneh yang heboh menghabiskan waktu jeda untuk menulis puisi dan cerpen,juga membaca berbagai jenis dan judul buku. Aku memang tak seperti mereka yang kerap menertawakan manusia yang mau maju satu langkah mencari permata. Biarlah kak Yoanfa18, aku tak ingin stres karena mereka,dan yang terpenting aku tak mengusik siapa-siapa. Aku yakin dunia otakku dan dunia otak mereka tidaklah sama meski tak 100% beda.
Kak Yoanfa18,aku hanya ingin jadi anak manis,yang bisa bermanfaat bagi sesiapa yang menyisihkan sebagian mata untuk membaca karyaku yang manis. Meski aku hanya
bercerita tentang tangis,tapi bukan berarti aku setiap saat menangis. Bahkan kadang aku terlupa bagaimana cara menangis Sejak 2010 menggangguku,hatiku telah menjadi batu,lupa hakikat tangis serupa nyanyian syahdu.
Kak Yoanfa18,aku ingin menangis meski tangisku tak romantis,tak histeris. Dan aku hanya ingin menangis di depanmu,tapi bukan karenamu. Hanya tersebab dosaku telah berjibaku dihadapan rabb sang Maha Tahu. Lalu kenapa harus di depanmu? Jangan tanyakan aku,karena itu misteri bagiku,bagimu,bagi dunia kelabu.
Kak Yoanfa18,aku telah bosan menulis. Tulisanku disabit penerbit. Tak peduli karya-karyaku menjerit sakit dan lihatlah tulisanku dimana-mana dihiasi kudis. Tiada yang menggubrisnya.huffh haruskah aku. Menyerah. Mati dicium tanah tanpa meninggalkan apa-apa. Biarlah manusia sedunia tertawa,karena aku hanya berhasil seperti yang mereka suka.
“ Tidak! Tidak! Aku harus mengubur mimpi nista mereka,sekarang juga. Kata gagal tidak pernah tersua dalam kamus manusia yang ingin menggenggam dunia,juga menjadi cahaya bagi semesta. Aku cahaya tak boleh redup selama jantung berdegup “.
Cahaya itu ternyata telah tiba. Hari ini minggu ke tiga di april yang tua,kak Yoanfa18 dengan bangga menerbitkan cerpenku yang perdana. Kak Yoanfa18 yakin aku adalah pijar sumbu sastra dunia. Terimakasih kak Yoanfa18. Kepada dunia: “ Selamat Menutup cerita yang digoreskan manusia yang mempunyai mimpi-mimpi yang tak cukup 18 saja untuk menekuk dunia.

***
Jemarilihai11april2000n10
At 12.00s